MAZMUR SANG PENCEMBURU






MAZMUR SANG PENCEMBURU

(1)
Mengapa harus teriak-teriak, anak-Ku? Aku tak tuli. Hempas daun jatuhpun, Aku dengar. Mengapa kau terus mendendam, Menceracau seperti burung letih? Padahal Akulah kesejukanmu, yang menidurkan kunang-kunang di bantalan sepoi malam. Tak Kubiar sehelai sayap jatuh sia-sia. Akulah, menara api, debar nafsumu. Dekat saat kau bersujud namun merengkuh mereka di ribuan mil dosa.

(2)
Aku di sini. Di dekat tarikan nafasmu. Rapat dengan amarah dan caci-makimu. Mencatat semua kosombongan dan ketidakadilan. Aku di sini. Pun di sana karena Aku mencipta segala warna di antara cahaya lilin, obor, kembang, dan wangi dupa. Tapi kenapa kau jual asma-Ku dengan bom dan hujatan tak terperihkan. Dan kau bunuh pula kecintaan-Ku?

(3)
Jangan kau pongah dan berlaku monopoli, anak-Ku. Karena Aku di sini, juga di sana. Miliki Aku sepanjang waktu, sepanjang takdirmu. Akulah Sang Pencemburu Kekal yang kepadamu telah Kuperintahkan membentang sayap kerendah-hatian seperti seutas kamhar yang terkulai. Karena Akulah pemilik segala hamba. Kitab Cinta dan Maaf yang tak pernah berpihak sekalipun kau memuja setinggi langit.
Akulah tetesan luka yang kau cipta atas nama agama!

ss/26mei17
sumber foto: Page Rumi..

Comments