PANGGUNG UNTUK AHOK.
Sebagian org boleh terus tak suka, tapi gemuruh dan energi
besar yg makin bergulir sepanjang tahun ini, menunjukkan ada sebuah panggung
yang sedang dipersiapkan untuk Ahok. Lepas dari segala cacat dan salahnya, Ahok seperti dipakai utk mengkritisi
keberagaman dan nilai kebhinekaan yang selalu tertatih-tatih di negeri ini.
Nilai keberagaman yg selalu didengungkan tapi hanya omong kosong belaka. Kita
berangkulan tapi masih saja saling curiga. Kita bergandengan tangan tapi kerap
tersulut hanya persoalan yg remeh temeh . Kita mengaku bersaudara tapi terus
menajamkan konsep surga dan neraka yg sebenarnya wujudnya pun tak kita kenal.
Padahal meminjam otak Sang Budha,
sesungguhnya surga dan neraka itu ada di pikiran kita masing-masing. Tapi
sudahlah…itu sangat sensitive dan bukan ranah yg asik utk diperdebatkan.
Ahok seperti meninju
arogansi mayoritas, seakan ingin teriak: ada keringat dan nyawa saudara-saudara
lain yg mungkin hanya segelintir, yg
dipertaruhkan utk mengisi kemerdekaan dan kesejahteraan Indonesia hingga
sekarang. Sayangnya, kita tak pernah mau jujur dan selalu gagal paham. Orang
lantas berkoar dan membusungkan dada: kami pribumi!
Siapa sih pribumi itu? Ingat, patung Jan Pieterszoon Coen yg
dibangun sebagai peringatan 250 tahun HUT Batavia pada tahun 1869, dibangun
dengan keringat penduduk Batavia segala etnis. Mana yang pribumi?
Patung yg berdiri angkuh sambil menunjuk
telunjuk kiri sebagai simbol “despereet niet”, yg artinya “jangan berputus
asa”, akhirnya dirobohkan oleh Jepang ketika dia datang. Juga dilakukan dan
disaksikan para penduduk Batavia dari segala etnis itu dengan kesadaran: kita
senasib dan sepenanggungan dan mungkin kita akan menangis bersama karenanya.
Terbukti, kita ngebelangsak bersama selama tiga tahun oleh Jepang.
Sekali lagi, sebagian org boleh terus menutup mata. Tapi
sejarah tak pernah bisa berdusta dan dilawan. Karena sejarah itulah yang kini
sedang mempersiapkan sebuah panggung untuk Ahok. Pilihannya, kita mau menerima
atau tidak. Kalaupun akhirnya org menolak, ya, gak usah dipilih. Kok ya, ribet
banget. Toh, Ahok sendiri nantinya juga akan mengambil keputusan penting:
mengambil kesempatan ini atau mundur untuk sebuah alasan yang sangat prinsipil.
Hanya angin yang tahu!
Mari terus menjadi cerdas dan menjaga Bhinneka!
Comments
Post a Comment