Saya pernah terkejang-kejang saat JK menyitir bahwasanya orang2 kaya di Indonesia didominasi kalangan tionghoa Kristen dan kong hu cu. Padahal secara jumlah, prosentase dua agama itu cuma seujung kuku di negeri mayor muslim ini. Kong hu saja Cuma 0,13 persen.Dan hari ini kembali saya terkejut-kejut tapi skrg lebih ingin ngakak sampai perut mules. Din Syamsuddin menilai cita-cita pendirian negara khilafah oleh HTI, menurutnya seperti ekistensi Vatikan yg menjadi kiblat umat katolik dunia. Oalaa…
Kota Vatikan. Orang Itali menyebutnya Citta del Vaticano, dalam bhs latin ditulis dengan Civitas Vaticana, merupakan sebuah enklaf yg dikelilingi tembok di dalam kota Roma di Italia. Dengan luas sekitar 44 hektar dan populasi 842 jiwa, Vatikan adalah negara independen terkencil di dunia yg diakui secara international sejak 11 Februari 1929 setelah Pemerintah Italia dan Tahta Suci menanda-tangani Perjanjian Lateran.
Selain sebagai negara, Vatikan juga dianggap sebagai tahta suci umat katolik yang keberlangsungannya sudah terjadi sejak berabad-abad. Di pelataran Basilika St. Peter Roma, tempat Paus melangsungkan audensi missa dengan seluruh umat katolik dunia tiap minggunya, ada dua patung besar: Santo Petrus dan Paulus. Dua santo yang sangat diagungkan dalam tradisi katolik. Santo Petrus sendiri mewarisi mandat penuh dari Sang Kristus sebelum pergi meninggalkan dunia. Pesannya kepada Santo Petrus sebagai paus pertama: di atas batu karangmu, gereja-Ku akan berdiri. Itulah cikal bakal sejarah katolik, permulaan berdirinya tahta suci Vatikan di kota Roma..
Meski tergolong kecil untuk ukuran negara, Vatikan itu sepedas cabe rawit, diklaim punya pengaruh besar dalam hukum international, dan suaranya cukup berpengaruh di percaturan politik dunia. Tapi Vatikan tidak pernah mendorong perubahan ideologi suatu negara. Paus sendiri pun tak pernah bermimpi umat katolik bergerak kearah demikian. Hampir di tiap perayaan misa, Paus menerbitkan statement untuk diteruskan kepada para pimpinan gereja manapun, termasuk Indonesia untuk menjunjung tinggi konstitusi yang berlaku, menegakkan dasar negara sebagai pengayom kearifan lokal setempat. Dan selalu dengan sangat tegas, Vatikan berusaha memisahkan institusi keagamaan dengan negara. Ini satu kebenaran, fakta!!! Kalau saja gereja mulai grasak-grasuk mengurusi soal negara apalagi memaksakan dogmanya ke dalam tatanan hidup bernegara, saya sudah sejak lama meninggalkan nama baptis saya. Dan saya akan tinggalkan katolik. Karena itu artinya menyalahi syarat dan ketentuan yang telah diwariskan oleh Sang Kristus.
Sementara HTI? Setahu saya, konsep ini tidak mewakili umat Islam seluruhnya. Buktinya banyak penolakan yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri di tanah air ini. Lebih dari itu, entahlah, saya tidak mampu menguliti karena saya memang tidak memahami persoalan ini lebih jauh. Karena itu menarik garis kesamaan antara negara khilafah ala HTI dengan Vatikan, menurut saya, sangat konyol. Sebuah logika yang dipaksakan dan mengada-ada.
Sama saat saya terganggu dengan pernyataan JK dulu, kali ini pun saya berharap sekali pernyataan tokoh Muhammadiyah itu, tidak benar alias media yang mengutipnya keliru. Tapi jika benar, ingin sekali saya mengajak Deddy Mizwar, si Naga Bonar untuk mengepalkan tinju ke langit sambil berseru: ketika kita buta hati dan sejarah, lihat apa kata dunia?
jun/17
foto image by google
Comments
Post a Comment